Suatu ketika, anak saya yang sedang duduk di bangku kelas 2 SD meminta agar segera dipindahkan ke sekolah lain. Tentu saja, permintaan tiba-tiba ini mengejutkan sekaligus membingungkan. Bukan saja, mencari sekolah di tengah berjalannya tahun ajaran adalah perkara mudah, tetapi saya juga berfikir, hal itu akan berpengaruh dengan kelancaran dan efektifitas belajar anak saya.
Anak saya juga harus kembali bersosialisasi dengan
lingkungan sekolah barunya. Bisa jadi, peristiwa seperti ini, bukan hanya saya
yang alami, tetapi juga terjadi pada kebanyakan orang tua.
Setelah saya tanya alasannya, dengan ketus anak saya bilang:
“..malas aku sekolah yah..masak saya
masih disuruh mengeja terus…aku kan sudah bisa membaca..”. Bagi saya,
alasan ini cukup logis, sebab anak saya sebelumnya memang telah sekolah di play
group dan Taman Kanak-kanak (TK) yang juga telah diajari tata cara membaca dan
menulis.
Cerita ini menunjukkan, bahwa anak dalam belajar, terdapat
potensi mengalami kebosanan. jika berlanjut, anak akan mengalami fase kemalasan
dan tentu tidak baik bagi capaian hasil belajarnya. Peristiwa ini juga menggambarkan,
betapa bahwa sangat penting untuk melakukan proses-proses atau model
pembelajaran yang lebih menyegarkan, untuk menghindari kebosanan belajar.
Dalam
perjalanan waktu, sejak 2012 saya sendiri berkesempatan berinteraksi dengan
komunitas guru dan kepala sekolah melalui program Schools System and Quality
(SSQ) Component 3 AusAID di Madrasah Development Center (MDC) Kaltim. Selama interaksi program tersebut,
saya juga mendapati banyak fakta yang relatif berhubungan dengan peristiwa
diatas, dimana salah satunya adalah
lemahnya mutu pendidikan dan prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh
belum efektifnya proses pembelajaran di
sekolah/madrasah.
Banyak guru di sekolah/madrasah kerapkali menerapkan model
pembelajaran “apapun materinya, ceramah
metodenya”. Mereka mayoritas masih berpandangan bahwa ceramah adalah jurus ampuh
dan enak bagi guru untuk menyampaikan materi apapun out put pembelajannya. ketika
saya melakukan review terhadap dokumen perencanaan seperti RPP dan Silabus dan
melakukan observasi pembelajaran. dokumen pada RPP yang dibuat oleh mayoritas guru
dan dari cara guru mengajar di kelas masih
tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan
menggunakan metode ceramah.
Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi
pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena
kebiasaan yang susah diubah. Pada pihak siswa, kebiasaan seperti ini juga
seolah menjadi sindrom. siswa menjadi penonton dalam kelas, dan akhirnya mereka sudah merasa enjoy
dengan kondisi menerima dan tidak biasa
memberi.
Namun, ketika ditelisik lebih jauh, kecenderungan
pembelajaran yang monoton tersebut sebenarnya bukanlah murni disebabkan
keengganan para guru untuk mencoba dan menggunakan metode-metode lain yang
lebih variatif. Namun, faktor pengetahuan guru juga relatif dominan, Banyak
guru yang belum mengenal model-model dan cara mengaplikasikan pembelajaran yang
lebih aktif, inovatif, kreatif dan dapat
menyenangkan siswa di kelas.
Mereka masih jarang mendapatkan training-training dan
program penguatan kualitas pembelajaran dari instansi yang bertanggung jawab
soal pendidikan. Kalaupun ada. masih bersifat delegatif yang belum tentu
tersebarluaskan ke guru-guru lain yang jumlahnya sangat banyak. apalagi proses supervisi
yang mesti dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas tidak menyentuh
sampai level supervisi pembelajaran guru, melainkan terbatas pada level monitor
administratif, bukan pada aplikasi pembelajaran dikelas.
Bak gayung
bersambut, dua cerita peristiwa tersebut menggambarkan kepada kita betapa masih
perlunya penguatan-penguatan model pembelajaran yang lebih aktif, kreatif,
efektif dan menyegarkan bagi guru. sebab, efektivitas pembelajaran oleh guru di
kelas akan memiliki ber effect
terhadap antusiasme siswa, keaktifan siswa dan kompetensi yang akan dikuasai siswa
didik. dengan demikian, kita tidak akan
mendengar lagi ada siswa yang merasa bosan belajar, bosan sekolah bahkan pindah
atau berhenti sekolah.
Salah satu model Pembelajaran yang bisa diterapkan asalah model PAIKEM, singkatan dari embelajaran aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Apa Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM
?
PAIKEM
merupakan singkatan dari Pembelajaran aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. PAIKEM sendiri dalam konteks inovasi pembelajaran sebenarnya
merupakan model yang cukup lama dikenal, namun desiminasi konsepsi dan cara
kerjanya belum meluas di kalangan guru. apalagi, ketika training-training
tentang model pembelajaran ini masih jarang di terima guru.
Pembelajaran berbasis PAIKEM dianggap penting untuk
diimplementasikan sebab Proses belajar mengajar sangat menentukan peningkatan
kualitas pendidikan. Perolehan belajar berupa
nilai-nilai dan keterampilan tertentu terukur melalui proses dan hasil belajar.
Sistem pembelajaran masa lalu yang
seringkali monoton, ceramah dan menjadikan guru sebagai pusat sumber belajar
tentu sudah dinilai tidak mampu lagi
menopang tercapainya tujuan pendidikan secara menyeluruh. Oleh karena itu, upaya melakukan inovasi
bidang pembelajaran selalu
dikembangkan. Nah, PAIKEM dinilai dapat mengakomodasi
tuntutan perkembangan seluruh aspek dalam
diri anak, baik dari kognitif, afektif maupun psikomotor.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir,
berinteraksi, berbuat untuk mencoba,
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif
menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi.
Inovatif, dimaksudkan bahwa
pembelajaran PAIKEM bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan
(Learning is fun). Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di
pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas.
Kreatif, dimaksud bahwa dari sisi
siswa, pembelajaran hendaknya mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi untuk rnencari
berbagai alternatif cara untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Ini dilakukan dalam rangka mengasah otak dan membiasakan
berpikir untuk tidak berpikir dengan hanya
satu jalan. Implikasinya, guru diharapkan juga dapat mengembangkan kegiataan pembelajaran yang kreatif dengan memanfaat berbagai
media sederhana di lingkungan siswa.
Efektif dimaksud bahwa untuk
menghasilkan pembelajaran aktif dan kreatif itu hendaknya direncanakan semua komponen pendukungnya
dengan baik sehingga proses
pembelajarannya berjalan lancar dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menyenangkan adalah suasana belajar
mengajar yang menyenangkan dan nyaman. Siswa bertindak sebagai pelaku belajar utama tidak merasa takut dan tertekan serta berani bertanya, berpendapat dan
mencoba.tanpa rasa takut salah karena
kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Bagaimana PAIKEM
berproses?
Bagi dunia pendidikan, PAIKEM
merupakan sebuah tantangan bagi guru dan sekolah yang selama ini dianggap kurang dapat mengemas
pembelajaran yang bermakna, useful
dan jauh dari penekanan dan intimidasi terselubung. Guru profesional ditantang bagaimana mengelolah kelas dengan baik
dan menciptakan atmosfir pembelajaran
yang “having Fun”.
Terwujud atau tidak PAIKEM dalam kelas diawalai dari bagaimana guru dapat
menata pembelajaran dengan elegan. Harmonisasi pembelajaran dimulai dari
kepiawaian guru sebagai pembangkit motivasi
peserta didik, bagaimana memotivasi dan membangun serta menyelaraskan atau memperluas skema atau pengetahuan dasar yang dimiliki
peserta didik, baik yang berkaitan dengan intlektualitas, personal,
sosial, emosional dan kultural.
Ketika model pembelajaran monoton
seperti ceramah hanya mengandalkan prinsip model komunikasi satu arah dari guru
dan murid hanya objek belajar yang harus diisi oleh guru, PAIKEM memperkenalkan
model pendidikan multi arah dan lebih kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip
utama dalam proses pembelajarannya.
Pertama, proses Interaksi.
Pembelajaran yang efektif dan tentu saja menyenangkan siapa saja, harus dapat mencerminkan interaksi
bolak-balik pelaku belajar. Selain guru berinteraksi dengan guru, siswa juga
mampu berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media,
referensi, dan lingkungan belajar lainnya.
Kedua, proses Komunikasi. siswa harus
berkesempatan mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita,
dialog atau melalui simulasi role-play.
Ketiga, proses Refleksi,
siswa terlatih memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa
yang mereka telah lakukan.
Keempat, proses Eksplorasi. pembelajaran yang mendorong siswa
mengalami langsung dengan melibatkan semua
indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau
wawancara terhadap apa saja yang disekelilingnya dan yang dipelajari.
selain 4 prinsip utara dalam proses
pembelajarannya, Pelaksanaan PAIKEM di kelas juga harus memperhatikan bakat,
minat dan modalitas belajar siswa, dan
bukan semata potensi akademiknya, apalagi sekedar target capaian penyampaian
materi. Modalitas siswa sendiri meliputi, modalitas
visual, auditorial dan kinestetik.
Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan
belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan
melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera
‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’
(seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami
kecenderungan potensi modalitas siswa
tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual
yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Jika prinsip-prinsip seperti ini dilakukan, maka hampir bisa
dipastikan, pengelolaan kelas bisa semakin hidup. siswa tak akan mengalami
kebosanan, apalagi merasa malas dan sampai memiliki keinginan pindah sekolah
segala sebagai akibat kebosanan belajar.
Pola pembelajaran ini ini juga mendorong untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi diri melalui interaksi,
berkomunikasi, memahami makna pelajarannya untuk kehidupan dan tertantang untuk
melakukan studi lebih lanjut, yang demikian kompetensi yang didapatkannya
semakin bertambah.
Sementara, guru akan didorong untuk percaya pada muridnya
bahwa muridnya bisa memahami pelajaran melalui potensi dirinya, memberikan
kesempatan yang luas, dan mengorganisir metode dan alat pembelajaran sesuai
dengan bakat, minat dan modalitas siswa serta keempat prinsip diatas.
Apa yang harus di persiapkan Guru ?
Agar model pembelajaran berbasis PAIKEM dapat berjalan, maka
terdapat beberapa langkah prinsip dan fundamental yang mesti dipegang dan dilakukan
guru sebelum memulai PAIKEM.
pertama, Memahami potensi siswa yang tersembunyi
dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan
bakat dan minat mereka. kedua, Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan; ketiga, Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap
ide serta gagasan mereka, keempat, mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses
dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,
Seteleh guru memahami karakteristik, bakat dan minat dan
modalitas siswa, selanjutnya guru perlu mengambil langkah, kelima, mengakui pekerjaan siswa
dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain
berikutnya. Keenam, menggunakan kemampuan fantasi dalam proses
pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan
nyata.
ketujuh, Memuji keindahan
perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya
belajar individu siswa. Kedelapan, Mendorong dan menghargai keterlibatan individu
siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.
Kesembilan, Menyatakan kapada para siswa bahwa
guru-guru merupakan mitra mereka dan
perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa. kesepuluh, Menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha
meyakinkan minat belajar siswa.
Kesebelas , Mendorong terjadinya proses
pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna
(meaningful learning) pada siswa; dan keduabelasm,
Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong
terjadinya umpan balik dan semangat/gairah
pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih
dalam.
Selain langkah prinsip tersebut, dalam
mendayagunakan PAIKEM sebagai model pembelajaran di kelas, faktor metode
menjadi syarat mutlak guna menjamin teraplikasinya model pembelajaran ini. Guru
dituntut menguasai aplikasi dan perangkat metode-metode aktif dan kreatif.
Terdapat banyak metode yang sudah
dikenal mampu membangkitkan gairah keaktifan siswa seperti poster
session, Jigsaw, small group discussion, Card short, Every one is teacher here,
snow balling, the power of two, information search, poster comment, Billboard
Ranking, concept map, index card match dan masing banyak metode-metode
aktif menyenangkan lainnya. Mempersiapkan perangkat teknis menjadi pekerjaan
tersendiri untuk menjamin bahwa metode berbasis PAIKEM bisa berlangsung.
Memang, terdapat beberapa tantangan
tersendiri bagi guru untuk mengaplikasikan metode-metode tersebut. Guru harus
menyiapkan alat-alat pembelajaran tak sekedar spidol dan papan tulis. mereke
mesti menyiapkan poster, kertas plano, bahan bacaan, kartu-kartu pembelajaran
dan sebagainya, namun jika hal ini dilakukan, para guru dapat memiliki waktu
yang cukup, tanpa harus tergesa-gesa menyesaikan satu topik. guru dapat
menyelesaikan satu topik yang banyak dalam waktu singkat dan tuntas. alata-alat
belajar yang sudah disiapkan juga bisa dipakai terus-menerus dengan sekali
buat, namun hasilnya bisa efektif selamanya dan siswa mendapatkan pelayanan
maksimal dan menyenangkan.
Dengan melaksanakan model pembelajaran
berbasis PAIKEM seperti ini, penulis memiliki ekpektasi bahwa pembelajaran di
masa mentadang bisa lebih segar dan menyenangkan. Demikian pula, sedapat
mungkin tidak ada lagi siswa yang merasa bosan untuk belajar, apalagi menuntut
pindah sekolah, sebab tiap hari siswa mendapat tantangan-tantang belajar baru
dan siswa akan merasa terakui sebagai pelaku belajar.
memang melakukan perubahan bukan suatu yang mudah, namun tetap harus
diusahakan. semua stakholders pendidikan mesti sepaham, bahwa upaya-upaya
peningkatan mutu pendidikan bukanlah suatu hal yang terjadi secara otomatis,
tetapi sesuatu yang diusahakan secara sistematis dan terus menerus. Dibutuhkan
semangat dan kerja perubahan ke arah lebih baik. selamat mencoba dan Jayalah
Pendidikan !.
0 Komentar